Privilege

Terkadang diri ini berpikir, misalnya aku bukan dari keluarga yang berada (Walau sebenarnya keluarga ku tidak kaya, namun terbilang cukup)

Apakah aku bisa seperti sekarang ya? 
Apakah aku bisa kuliah di luar kampung halamanku?
Apakah aku bisa belajar ilustrasi, kerajinan, dan semua minatku sebebas sekarang?

Akan tetapi, jika diingat kembali, orangtuaku dulu juga tidak langsung berada "di atas" seperti sekarang ini. Kami sekeluarga pernah berlima naik motor bersama pas aku masih sangat kecil...
Namun entah mengapa, rasanya tetap bahagia saat dulu masih di posisi seperti itu.

Dan jika dipikir-pikir, kakek-nenek dari kedua orangtua pun berada di kategori "lumayan"
Terkadang, kakak-kakak sering mengatakan aku lahir di saat kondisi keuangan keluarga sudah stabil, lebih enak.
Padahal memang begitulah roda kehidupan, Allah akan selalu memberi rezeki sesuai dengan kondisi kita.

Dan yang mau aku ungkapkan di sini, walau sudah ada privilege, namun jika tidak ada keinginan untuk mengasah minat dan bakat, maka akan percuma.

Banyak yang hanya fokus mengatakan "Kamu bisa seperti ini karena bakat, karena punya uang".
Padahal mereka hanya melihat apa yang ditunjukkan saja, tidak tahu menahu kisah di baliknya.
Sedikit mirip tulisanku beberapa waktu lalu di sini

Selain privilege, padahal ada waktu yang harus dipakai untuk mengembangkan minat dan bakat itu, bukan hanya berdiam diri saja. Ada juga otak yang selalu dipakai untuk belajar, belajar, dan belajar.

Maksudku, janganlah menyalahkan privilege jika tidak bisa melakukan sesuatu. 
Jika dapat membaca tulisan di sini, itu artinya punya internet, internet bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan minat dan bakat.
Mereka yang punya privilege tentu berusaha juga, mungkin memang jalannya lebih "mulus", daripada yang tidak punya, tetapi jika mereka malas, akan sia-sia kan?

Ini kembali pada diri kita sendiri, sampai kapan mau berada di zona nyaman?
Sampai kapan menyalahkan keadaan, namun tiada niat untuk berubah?
(pengingat diri sendiri)

—Rihlatul-Amal
19 April 2021 dengan berbagai perubahan.
Di Kota Malang.

Comments

Popular posts from this blog

Allah, Bantu Aku.

Memulai Kembali

Tak Sesederhana Yang Terlihat.