Posts

Showing posts from 2023

Allah, Bantu Aku.

Image
Ketika sedang sedih, sering kali membuat kita lupa akan kebaikan-kebaikan yang kita dapatkan. Ketika sedang sedih, rasa syukur sangat sulit untuk dirasakan. Ketika sedang sedih, seakan merasa kita adalah orang yang paling menderita di dunia ini. Padahal, Allah telah berfirman bahwa Ia tidak akan membebani seseorang di luar kesanggupannya. لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah: 286). Padahal, Allah telah berfirman bahwa jika kita menghitung nikmat-Nya maka tidak dapat terkira. وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nahl: 18). وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggaka

Aku Sedang Membenci Diriku

Aku sedang membenci diriku. Dan tak ada seorang pun yang dapat menyangkalnya. Aku benci dengan sakit pada sekujur tubuhku, yang menimbulkan bekas luka. Aku benci dengan mataku yang sedang penuh bekas luka. Aku benci kantong mata serta mata pandaku akibat insomnia. Aku benci melihat mataku yang semakin sayu dan tak ada rasa berbinar lagi. Aku benci melihat pipi dan tanganku yang kian mengurus akibat kurangnya nafsu makan. Aku benci dengan diriku yang tak lagi memiliki minat pada hal-hal yang dahulu sangat kusukai. Aku benci dengan diriku yang tak lagi bisa merasakan rasa kebahagiaan. Aku benci dengan diriku yang semakin mudah cemas dan tersinggung. Aku benci dengan diriku yang selalu mengulangi hal-hal yang sama setiap hari, namun tak ada perubahan berarti. Aku benci diriku yang selalu merasa kesepian dan merasa tak ada seseorang untuk berbicara. Aku benci diriku yang selalu menangis di tiap keheningan malam. Terkadang, aku berpikir apakah akan ada orang yang dapat membantuku? Namun, se

Selembut Sutra

Hati yang selembut sutra, Mudah tersentuh perasaannya Mudah menangis saat dibacakan ayat-ayat Al Qur'an Hati yang selembut sutra, Besar rasa ibanya Besar sedekah yang Ia keluarkan untuk yang membutuhkan Hati yang selembut sutra, Mudah menyesal atas dosa-dosa yang Ia lakukan Mudah menangis dan beristighfar untuk menambal dosa-dosanya Hati yang selembut sutra, Besar rasa empatinya Besar keinginan memberikan pertolongannya, sampai lupa akan kebahagiaan dirinya sendiri Hati yang selembut sutra. Tentu bukannya aku, Akan tetapi orang lain. Tentu bukannya aku, Akan tetapi kuharap suatu saat aku bisa menjadi sepertinya. Menjadi orang yang hatinya selembut sutra. Hati yang selembut sutra. Kuharap suatu saat aku memilikinya. Kuharap Allah mudahkan untuk memperbaiki hatiku. Kuharap Allah senantiasa memudahkan memperbaiki niatku agar lillah. Kuharap Allah dapat menjadikanku orang yang baik dan hatinya selembut sutra. —Rihlatul-Amal Jum'at, 20 Oktober 2023. Di Kota Mataram.

Tak Sesederhana Yang Terlihat.

Ia orang yang sederhana. Mudah bahagia, dari hal-hal kecil dan sederhana di sekitarnya. Ia orang yang sederhana. Mudah pula terpikirkan, menjadi cemas dan tak beraturan, 'hanya' karena hal-hal yang terlihat kecil bagi sebagian orang. Semua serasa seimbang, antara perasaannya yang mudah bahagia dan mudah tak bahagia. Orang-orang yang tak terlalu mengenalnya terkadang melihat dari satu sisi saja, seolah Ia adalah manusia yang sempurna. Seolah tak ada masalah berarti yang terjadi pada dirinya. Padahal tak ada yang sempurna di dunia ini selain Allah ta'ala saja. Kita dapat cepat bahagia, setelah sebelumnya bersedih. Kita dapat tertawa, setelah sebelumnya penuh amarah dan kekesalan. Ini memperlihatkan seberapa rumitnya emosi yang terjadi sebagai manusia. Seringkali kita tak dapat menyadari dan memahami emosi yang benar-benar kita rasakan dalam diri. Sebab, kita terlalu fokus pada kesulitan yang ada, sehingga lupa untuk sadar dan lupa apa yang sebenarnya dirasakan diri. Mengontro

Memulai Kembali

Memulai kembali memang bukanlah hal yang mudah, Ada perasaan cemas dan takut. Cemas tidak bisa memenuhi ekspektasi orang-orang. Cemas tidak bisa memenuhi ekspektasi diri sendiri. Takut tidak bisa menyelesaikan semua tepat waktu. Takut tidak bisa konsisten. Takut tertinggal dengan yang lain. Entah siapa yang kukejar, jika aku sebenarnya sedang berada di jalanku sendiri. Jalan, yang mungkin tingkat tantangannya berbeda dengan orang lain. Jalan, yang mungkin aku yang lebih familiar bagaimana proses penyelesaiannya, dibandingkan dengan orang lain. Lalu mengapa tak pernah selesai melihat rumput tetangga yang lebih hijau? Mengapa tidak fokus menanam, memupuk, menyemai, merawat rumputku sendiri?  Agar tumbuh lebih subur, lebih hijau, dan tinggi. Mungkin belum waktunya rumputku tumbuh lebih baik. Aku masih fokus untuk memperbaiki lahannya yang masih belum terlalu subur. Hati yang ibarat lahan, masih sangat kering untuk ditanami sesuatu. Perbaiki lagi, suburkan lagi. Meskipun sulit sekali untuk

Living The Moment

Even though sometimes there are ups and downs on life, Can't I just hope to living the moment? Can't I just focus on what's currently happening? Rather than think about future moments, that's still blurry and we don't know what might happen later. I wanna feel excitements again. I wanna feel happiness again. I wanna feel something that makes me alive. I wanna feel something that makes me enjoy the life. I wanna feel something that makes me can have thought, "Oh, I can't wait for tomorrow!" or "I can't wait to do this and that, and also another things!" Ah, how I miss when still on my childhood phase, there are no fear of tomorrow.  Just wanna play, play, and play.  As if this world is really a fun place. Now as we get older, we realized the world isn't that fun. There are realities and possibilities that come to us, and we can't easily runaway from it. I just wanna living the moments. No certain thoughts. Just feeling the exciteme

Ok, Gonna Accept The Reality.

The new phase of life after college are not really easy. There's so much things to adapt again. There's so much things to think again. So, this is how it feels to be a mature human, huh? When I understand, I can't get back to the college phase and had to leave all of my memories there. Feeling like difficult at first. Feeling so lonely at first. But, this past few days I kinda learned. I have to accept the reality. Not all people always stay with me. But, I can try to adapt again and makes new friends, or stay with my old friends that still care to me too. Even if we're only can talks via online, it is okay too. When meeting up with the new friends irl, I also learned that's how life works. Wether they leave you, or you leave them. Or both of you and them trying to maintain and stay together. Afterall, this dunya is only temporary. Yes, that temporary. To think how many people that already leaving us to their grave? That's more hurts than people who're just

Sisa Dari Takdir

Pelan, namun pasti. Ku terima segala takdir yang Allah tuliskan. Ku tahu tak ada gunanya menyalahkan hal yang telah terjadi. Walaupun begitu, sisa-sisa dari hal itu tetap masih ada. Rasa traumatis itu masih ada. Akibatnya masih ada. Dan ku tak bisa memungkirinya. Terlalu lama denial juga tak baik. Sedih dan takut terhadap hal yang sudah terjadi, bukan berarti tak menerima takdir. Namun perlu waktu untuk bisa mengerti, dan memahami bahwa terkadang tak semua hal bisa sesuai apa yang kita inginkan. Pikiran berlebihan pun tak bisa dikendalikan, Ini bukan hal yang kuinginkan. Ku telah berusaha untuk menghilangkannya, namun tak mudah. Perlu waktu untuk menyembuhkan luka-luka itu. Perlu waktu untuk menghilangkan rasa takut itu. Tak semua orang pantas untuk dijadikan tempat curahan hati. Tak semua orang mampu memberikan respon sesuai yang diinginkan. Tak semua orang dapat memahami. Dan yang tersisa, hanyalah aku dan Allah. Menerima takdir, bukan berarti mengenyampingkan efek sampingnya. —Rihla

Between Fake And Reality

Her minds are confused, Why do everything seems so complicated? After that, the reality that she had only feels fakes, again and again. She can't difference between what's real and fake anymore. After that, only emptiness that she had. She can't feel excited or happy to get what she likes or faves before. She afraid the happiness that she might feels are only temporary. She start questioning herself, how are real happiness feels like again? So much things happened, made her can't enjoy things she used to like to. She lost her interest on almost everything. She lost her passion. She lost her motivation. She lost herself. She realized, that even when her wants are granted, she still can't feels happy. "What's wrong with me again?" "Am I not grateful to get all of this?" "Why is this happened?" "Am I the wrong one?" "But.. I just wanna be happy, that's it." —Rihlatul-Amal Tuesday, May 9, 2023. At Mataram.

Senyuman Yang Lepas

Senyuman itu mulai hilang dari raut pipinya. Sudah lama rasanya tak melihat senyumnya yang benar-benar tersenyum lepas. Kemanakah senyum itu pergi? Apakah dunia terasa begitu tak membahagiakan baginya? Ataukah Ia merasa kebahagiaan yang Ia rasakan akhir-akhir ini, tak pantas untuk diberikan senyuman? Ah, ternyata kebahagiaan yang Ia rasakan hanyalah sebuah kesemuan. Terkadang Ia pun tak bisa membedakan, yang mana kebahagiaan palsu dan yang mana kebahagiaan sebenarnya. Rasanya sulit untuk membedakannya. Senyuman yang selama ini Ia torehkan, ternyata juga hanyalah senyuman palsu. Untuk menyembunyikan rasa tak bahagia dalam dirinya,  Untuk memperlihatkan dunia seolah Ia masih baik-baik saja. Ia masih berharap, suatu saat Ia dapat kembali memberikan senyuman yang lepas dan tulus dari lubuk hatinya. Tentunya, hanya dapat Ia keluarkan jika memang Ia merasakan kebahagiaan yang sebenarnya. Namun kapannya Ia masih tak tahu. Yang pasti, Ia masih terus berusaha untuk berharap pada Allah ta'al

Tak Mengapa Menepi Dulu

Tak mengapa, menepi sementara. Dari hiruk-pikuk dunia, dari belajar ilmu-ilmu yang dulu sangat semangat kau pelajari. Sebab, saat ini kau harus fokus menyembuhkan dirimu dahulu. Tak mengapa, menganggap dirimu tak seproduktif dulunya. Meninggalkan rutinitas-rutinitas yang biasa kau lakukan sebelumnya. Meninggalkan hal-hal yang kau gemari dulunya. Sebab, saat ini kau hanya ingin fokus pada kebahagiaan yang lebih hakiki. Tak mengapa, tak terlalu berinteraksi dengan banyak manusia dahulu. Tak mengapa, tak terlalu melihat kabar terbaru mereka dahulu. Sembuhkan lebih dahulu luka-luka yang kau rasakan. Fokus hanya pada hal-hal yang tak memberatkan pikiranmu. Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Sabarkanlah dan kuatkanlah dirimu. Kehidupan dunia hanyalah beberapa malam yang bisa dihitung. Kalian hanyalah kafilah yang sedang singgah. Hampir-hampir salah seorang di antara kalian dipanggil (untuk berangkat) lalu dia memenuhi panggilan tersebut tanpa sempat menoleh. Kembalilah kalian

Merasakan Alur Hidup Lambat, dan Bersyukur.

Saat kecil dulu, ku pikir menjadi dewasa itu sangat menyenangkan. Bisa pergi ke tempat yang ku mau dengan bebas, Bisa melakukan hal-hal yang dulu dilarang karena terkendala umur, Bisa membeli makanan dan barang-barang yang kuinginkan dengan mudah. Namun setelah ku alami sendiri, ternyata tak semudah itu. Pernah pula saat itu ku berpikir, untuk bisa masuk ke dalam surga hanya cukup dengan sholat lima waktu dan bisa membaca Al-Qur’an dengan benar saja. Namun setelah lama belajar sekarang, ku sadari ternyata tak sesederhana itu saja. Bahwa ternyata, banyak hal yang mesti dipelajari untuk bisa berikhtiar masuk ke dalam surga. Banyak hal yang perlu dilakukan, agar kelak dapat Allah wafatkan dalam keadaan husnul khotimah. Apalagi, tak ada yang dapat menjamin amalan kita saat ini sama dengan akhirnya kelak. Sebab, amalan seorang hamba dilihat pada akhirnya. Seperti yang diterangkan di dalam HR. Bukhari, “Sesungguhnya amalan itu dilihat dari akhirnya.” Tentunya dalam proses berikhtiar mendapa

Dalam Kesunyian

Di keramaian, Ia memperlihatkan canda tawa bak tak terjadi apa-apa. Bercengkerama bersama teman-temannya seperti biasa. Ia dikenal sebagai orang yang ceria, pembawa kebahagiaan dan pencair suasana dari yang sebelumnya canggung. Ia selalu berusaha menciptakan kenangan baru dengan teman-temannya. Tak ada satu hari pun ingin Ia lewatkan dengan sia-sia. Ia dikenal sebagai orang yang selalu menyemangati dan peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Namun, dalam kesunyian Ia menyembunyikan kesedihan dan kesengsaraan. Dalam kesunyian dan keheningan, air mata sering jatuh membasahi pipinya. Dalam kesunyian, ternyata Ia menyimpan hal-hal yang tak bisa diungkapkan kepada orang di sekitarnya. Menutupi dirinya, setelah lelah berinteraksi dengan banyak manusia. Dalam kesunyian, Ia merasakan kepedihan. Terkadang Ia berpikir, "Apakah ini semua tersebab dosaku, Ya Rabb?" Ia sadar, terkadang berkeluh kesah pada manusia tak semua dapat memahami. Ia menyembunyikan semua seakan masih baik-baik sa

Kecewa Pada Amalan Sendiri

Seringnya kita lebih mudah mencari kesalahan orang lain, sehingga lupa dengan aib dan kesalahan pada diri. Maka perbanyaklah intropeksi. Fokuslah pada belum sempurnanya amal pada diri sendiri, sebelum merasa kecewa pada amalan orang lain. Ah, mengapa semudah itu melihat goresan tipis di pakaian orang lain, daripada lubang besar di pakaian sendiri? Kecewa lah pada dirimu sendiri, yang masih mudah terjebak hawa nafsu. Akan tetapi ingatlah, masih ada waktu untuk memperbaiki. —Rihlatul-Amal. 7 Januari 2022. Di Kota Mataram.

Pertemuan dan Perpisahan

Setiap di dalam suatu fase hidup, ada yang namanya pertemuan dan perpisahan. Dulu, sempat merasa takut untuk berkenalan dengan orang baru. Sebab, jika merasa nyaman aku merasa tak rela jika harus berpisah lagi dengan mereka. Tak perlu memperbanyak kenalan, pikirku. Namun, entah bagaimana caranya selalu ada cara Allah untukku bisa bertemu dan berkenalan dengan banyak orang dari berbagai latar yang berbeda. Dulu, aku yang penakut, pemalu, dan sangat introvert. Tak berani menyapa orang asing, tak bisa membuka pembicaraan. Sekarang atas izin Allah lebih mudah untuk berkenalan dengan orang baru. Tak terasa, waktu terus berjalan dan mulai kutemukan kenyamanan dengan mereka. Ternyata, tak ada salahnya mencoba membuka hati untuk berkenalan dengan orang baru. Namun ya, mengingat aku yang sudah semester akhir saat itu.  Aku sadar, aku juga tak bisa lama bersama mereka lagi. Jadi, seberusaha mungkin menikmati masa itu dan mengukir kenangan-kenangan. Sedih, iya, tapi sekali lagi, "Setiap per

Takut Masa Depan

Sering kali, diri diliputi oleh ketakutan. Ketakutan akan hal yang bahkan belum terjadi. Terjebak oleh sesuatu yang belum pasti, Padahal belum tentu kan dilewati. Untaian demi untaian kata tertulis untuk mengungkapkan ketakutan ini. Dari bahagia, sedih, marah, takut semua dirasakan diri. Namun, Allah sering kali menunjukkan bahwa masa depan ternyata tak seburuk itu. Di saat mempercayai tentang adanya takdir yang telah Allah catat dan tetapkan,  Di saat mempelajari tentang iman terhadap qadha dan qadar Allah. Hati pun menjadi lebih tenang dalam menjalani kehidupan. Ternyata, ketakutan itu hanya sementara. Ternyata, masa depan bisa menjadi lebih baik, atas pertolongan dari Allah ta'ala. Allah hanya ingin kita percaya setelah berikhtiar, ada yang namanya tawakkal. Tak perlu risau atas hal yang belum terjadi, insyaallah kita kan dapat melewatinya. Bukankah konsekuensi beriman kepada Allah salah satunya adalah mempercayai takdir yang baik dan buruk? Dan Allah lah yang lebih tahu yang t

Masjid Yang Penuh Kenangan

Image
Tempat yang akan sangat-sangat kurindukan kelak🤍 Di sini banyak hal baru yang kupelajari. Kutemukan teman-teman yang sama-sama saling menguatkan. Teman-teman yang mau saling bercerita, mendengarkanku, dan aku pun mendengarkan mereka. Ku belajar cara bersosialisasi di sini, sejak menjadi mahasiswa baru. Selalu ada orang baru yang kuajak berkenalan. Teman-teman dari berbagai daerah, jurusan, kampus, profesi yang berbeda-beda. Kutemukan para asatidzah yang penuh adab dan lembut dalam menerangkan pelajaran. Pun, bukan hanya mengkaji kitab dan hadits, di sini pun ku dapat mempelajari Al-Qur'an dan memperbaiki bacaanku yang masih penuh salah. Para ummahat yang selalu ramah. Anak-anak mereka yang sering bertingkah lucu di kala kajian, menjadi penghibur diri. Dan anak-anak Madin As Salam yang selalu ceria, suka berbicara yang terkadang mengundang gelak tawa. Masjid yang seperti keluarga bagiku. Walaupun tanpa ikatan darah dengan mereka, namun rasanya sangat hangat. —Rihlatul-A

Gelap Dan Kusam.

Image
Ruangan yang gelap, Layaknya perasaan dan hatiku saat ini. Yang sebelumnya penuh cerah ceria, Menjadi lebih gelap dan kusam. Terkadang ku bertanya-tanya, mengapa bisa seperti ini? Oh.. Ternyata ini karena semakin jauhnya aku dari majelis ilmu. Bahkan sesering pun aku mengunjunginya,  Jika aku tak mengamalkan dan bermuhasabah diri,  Bukankah semua kan percuma saja? Namun, dalam ruangan ini juga ada cahaya. Ya, itu adalah cahaya harapan. Bahwa, tiada kata terlambat untuk kembali pada-Nya.  Kembali menuntut ilmu syar'i, dan kembali merasakan kenikmatannya.   Majelis ilmu, semoga kau menjadi cahaya yang membuat hati dan perasaanku yg kusam dan gelap, kembali cerah dan terang benderang. Aamiin allahumma aamiin. —Rihlatul-Amal Jum'at, 13 Januari 2022. Di Kota Malang Note :  Tulisan ini dalam rangka mengikuti challenge dalam Kelas Menulis bersama kak Najwa Dzahin Hafidzahallahu. Challengenya berupa mengembangkan ide tulisan dari foto. Foto di atas pun merupakan milik bel