A Calm Person

Pada 1 Mei 2018 dulu, aku pernah mempertanyakan diriku sendiri. Tentang, apakah diriku tetap akan dikenal sebagai anak yang pendiam dan kalem, seperti di masa SMP & SMAku dulu. 
Atau justru sebaliknya? Jadi diri sendiri dan dikenal dengan cara yg lain?
Lagipula saat kuliah banyak teman yang sehobi, apakah aku bisa ngobrol bebas dengan mereka?

Maka, diriku 3 tahun setelahnya (1 Mei 2021) pun menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Jawabannya. Masih. Tetap.

Tapi kamu lebih paham dan sayang tentang diri sendiri, jadinya ga ngitung itu sebagai suatu kekurangan lagi.

Jadi ceria, ekstrovert, sama seperti yang lain bukanlah standar itu kelebihan, atau kebahagiaan. Bukan. Tapi jadi diri kamu sendiri yang apa adanya dan terus berproses pengen jadi lebih baik.

Kamu yang pendiem dan kalem itu juga diri kamu sendiri, dan itu gapapa banget. Ga perlu maksain untuk sama seperti semua orang.

Ily❤️

Dan beberapa orang juga membuatku sadar bahwa menjadi pendiem dan kalem bukanlah suatu kekurangan.

Mereka membuatku sadar dan ngerasa ga insecure lagi, setiap denger kata "Kalem" tersemat dalam diri setiap kali orang menyebut diriku.

Dulu aku pikir ini salah. Aku sering sedih "Emang aku sekalem itu?" "Emang aku sependiem itu?". Tapi ternyata ini nggak salah. 

Pernah mencoba memaksakan diri, tetapi nyatanya tidak cocok. Nyatanya, hanya mengcopy paste diri orang lain. Merasa makin membohongi diri sendiri.

Lagipula punya kepribadian yang sama, bakal ngebosenin kan. Oleh karena itu manusia Allah ciptakan dengan kepribadian yang berbeda-beda, supaya bisa dibedakan.

Di saat dari perkataan orang-orang seolah "kalem" memiliki stigma negatif.
Tidak bisa seheboh yang lain. Gak seasik yang lain.

Akan tetapi, ternyata beberapa orang menganggap kalem bukan sebagai hal yang buruk.
Ternyata kekaleman itu memiliki kelebihan tersendiri. 
Ada kalanya orang yang kalem ini sangat cocok menjadi pendengar yang baik, untuk teman yang senang bercerita.
Sehingga membuat mereka yang bercerita lebih nyaman tanpa harus memikirkan pandangan orang lain.
Tanpa harus takut ada yang menjadikannya sebagai ajang adu nasib, dan lebih lepas untuk mengeluarkan isi hatinya.
Orang yang kalem juga biidznillah menjadi pemegang rahasia yang baik untuk mereka.

Ternyata persepsi ku terhadap kata "kalem" bisa berubah.
Aku menjadi sadar, bahwa tidak ada yang salah menjadi orang yang kalem.
Aku sebenarnya tidak terlalu paham, namun terima kasih banyak untuk kalian yang sudah membuat self esteemku sedikit meningkat.

Menerima diri ini, memang awalnya sulit. Namun setelah bisa, membuatku lebih tenang. Tidak perlu terburu-buru untuk menjadi sama seperti orang lain.

—Rihlatul-Amal
Selasa, 18 Mei 2021 dengan beberapa perubahan.
Di Malang

Comments

  1. MasyaAllah barakallahu fiik, bebqu. Heyo, my other introvert fellas wya?! XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa fiik barakallah. It's a bit different between calm and introvert tho x''D but I am glad I can accepting myself more

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Allah, Bantu Aku.

Tak Sesederhana Yang Terlihat.

Sisa Dari Takdir