Memberi Udzur

Kesalahan yg tidak sengaja atau tidak disadari tidak dihitung sebagai dosa di sisi Allah Ta’ala. 

Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ :
“Sesungguhnya Allah telah memaafkan ummatku yang berbuat salah karena tidak sengaja, atau karena lupa, atau karena dipaksa” (Hadist Shahih. HR Ibnu Majah, 1675, Al Baihaqi, 7/356)

Kadang penting untuk kita memberi udzur kepada orang lain saat melakukan kesalahan. Mungkin dia lupa, khilaf, atau tak sengaja. Atau bahkan terpaksa. Manusia itu tidak luput dari dosa, begitu pula yang menulis dan membaca ini.

Jika memang merasa terganggu, baiknya menasihati secara empat mata langsung kepada orangnya. Dan nasihat itu dapat pula sebagai wujud kasih sayang agar menjadikan orang tersebut lebih baik. Karena sekali lagi, bisa saja ia bahkan tidak sadar yang ia lakukan salah.

Jadi tugas kita adalah meluruskannya kembali. Memang kita tidak bisa menebak respon penerima nasihat, mungkin ada yang tetap acuh, mungkin ada yang menerima, atau mungkin ada yang marah dan menghindar. Tetapi setidaknya sudah berusaha, itu tetap dihitung kok.

Ibnu Hazm Al Andalusi rahimahullah mengatakan:
“Jangan engkau menasehati orang dengan mempersyaratkan harus diterima nasehat tersebut darimu, jika engkau melakukan perbuatan berlebihan yang demikian, maka engkau adalah ORANG YANG ZHALIM bukan orang yang menasehati. Engkau juga orang yang menuntut ketaatan bak seorang raja, bukan orang yang ingin menunaikan amanah kebenaran dan persaudaraan. Yang demikian juga bukanlah perlakuan orang berakal dan bukan perilaku kedermawanan, namun bagaikan perlakuan penguasa kepada rakyatnya atau majikan kepada budaknya” (Al Akhlaq was Siyar fi Mudawatin Nufus, 45).

Dan tentu menasihati secara langsung itu lebih membekas di hati orang yang dinasihati. Lagi pula ini adalah cara yang lebih efektif dibanding membicarakan orang tersebut dari belakang. Selain tidak diperbolehkan dalam agama, hal ini tidak memberi pengaruh kepada orang itu.

فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ

“Hendaknya kalian berdua ucapkan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan ia akan ingat atau takut kepada Allah” (QS. Thaha: 44).


Singkatnya, ia tidak tau kesalahannya. Ia akan tetap seperti itu, kecuali saat ia sudah sadar sendiri. Kemudian yang membicarakan hanya akan mendapat dosa ghibah. (Namun berbeda lagi kalau membicarakan untuk bertanya solusi).

Jadi utamakan lah nasihat, jika tak bisa, diam itu lebih baik. Ingkari dengan hati dan doakanlah.
Semoga Allah mengabulkan doamu dan menilai baik niatmu untuk membuat saudaramu lebih baik. Aamiin.
Jangan menyerah untuk menjadi baik dan menyebarkan kebaikan. Barakallah fiikum.

—Rihlatul-Amal
Dini Hari, 1 Mei 2020 dengan beberapa perubahan.
Di Dompu.

Comments

Popular posts from this blog

Allah, Bantu Aku.

Tak Sesederhana Yang Terlihat.

Sisa Dari Takdir