Konsekuensi CINTA

Menikah memang bukanlah hal yang mudah.
Tak sekadar mengungkapkan rasa, namun ada konsekuensi di baliknya.

Ketika menikah, seorang gadis dipisahkan dari orangtua dan saudara-saudaranya.
Ketika menikah, ta'at kepada suaminya lebih utama daripada ke orangtuanya.
Ketika menikah, itu artinya seorang lelaki harus mampu membahagiakan gadis itu, sebagaimana gadis itu dibahagiakan oleh orangtuanya.
Ketika menikah, ini bukan hanya tentang kita, ini bukan tentang hanya aku dan kamu. Tetapi ini juga tentang menyatukan 2 keluarga.

Bukan hanya kita yang harus cocok, tetapi apakah kita saling cocok pada calon mertua masing-masing?

Ketika menikah, seorang lelaki harus bisa menafkahi gadis ini. Tak punya pekerjaan tetap tidak apa, yang penting tetap bekerja. Karena semua rezeki sudah Allah tentukan.

Ketika menikah, ini bukan hanya tentang rasa senang dan bahagia.
Ketika setuju dengan pernikahan, artinya setuju dengan masalah dan konflik yang akan ada. Pun, menjadi jomblo tetap akan ada masalah serta konflik.
Ini bukan tentang menciptakan pernikahan yang tanpa konflik, tetapi bagaimana kita menyikapi konflik itu.

Ketika menikah, harus menyiapkan ilmu sebanyak-banyaknya. Dalam hal ini, yang memiliki ilmu saja sulit melakukannya. Apalagi yang tidak punya bekal, tentu akan semakin sulit.

Ketika menikah, jangan sampai kata cerai mudah diucapkan. Karena menjahit yang sudah robek, akan sulit. Maka berlembutlah kepada gelas-gelas kaca (wanita). Sikapilah setiap masalah dengan kepala dingin.

Menikah itu, sebenarnya mudah. Tetapi nyatanya sulit. Mudah jika hanya mengungkapkan, mudah jika dikatakan saling mencintai.
Namun jika bekalnya belum cukup "Apakah pernikahan ini bisa awet sampai akhir hayat?".

Jangan sedih jika memang belum Allah takdirkan saat ini, tak apa, sebab Allah tahu kapan waktu yang tepat. 
Di saatnya tiba, seharusnya kita sudah siap. Siap dengan segala konsekuensi yang ada.

Namun, jika ada masalah, nanti tak sendirian lagi. Sama-sama berusaha menyelesaikan nya. Berjuang berdua, berjuang bersama.

Jika bekalnya sudah cukup, jika ilmu cukup. Setiap masalah biidznillah akan mudah diselesaikan dengan tenang. Apalagi, jika sudah ada pondasi yang kokoh : Tentang Tauhid, Ushul Fiqih, dan ilmu-ilmu syar'i penting lainnya.

Jika sudah ada dasar, kembali ke dasar.
Kembali kepada Allah, memperkuat tauhid, sesuai yang diajarkan Nabi Muhammad dan umat-umat terdahulu.
Setiap masalah dalam hidup pasti akan lebih mudah diselesaikan. 
Apalagi, Allah tidak akan menguji seorang hamba di luar kemampuannya. 
Allah beri ujian dari setiap masalah itu.. karena Allah tahu kita akan bisa melewati nya, tidak di luar batas kemampuan kita.

Maka bersabarlah.

—Rihlatul-Amal
Sore hari, 10 Mei 2021 dengan beberapa revisi.
Di Kota Malang.

Comments

Popular posts from this blog

Allah, Bantu Aku.

Tak Sesederhana Yang Terlihat.

Sisa Dari Takdir