Hukum Menggunakan Menstrual Cup Dalam Islam

Dari dulu aku selalu penasaran masalah menscup, sekitar akhir SMP atau awal SMA aku baru mengetahui nya.

Saat itu, informasi tentang menscup masih sangat terbatas, dan merk yang tersedia hanya yang harganya 300k ke atas. 

Apalagi banyak hal yang dianggap tabu di negara ini jika menggunakan barang seperti ini. 

Juga penjelasan hukum menggunakannya di Islam pun belum dibahas saat itu.

Rasa cemas dan ketakutan jika memakainya terlarang, serta tidak kesiapan membuatku selalu mengurungkan niat untuk membelinya.

Dan aku sangat bersyukur, alhamdulillah. Saat ini mulai banyak ulama kontemporer yang membahas perihal hal ini. Biidznillah aku bertemu di instagram tentang hukum memakainya.

Kemudian keraguan-keraguan ku pun terasa surut. Memang Islam sangat mudah dan setiap masalah selalu ada solusi.

Setelah ini, aku akan memakai tulisan copasan, jadi bukan tulisanku, tetapi insyaallah dari sumber yang shahih. Mari disimak...

HUKUM MEMAKAI MENSTRUAL CUP

Ditulis oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid
Diterjemahkan oleh: Ummu Faynan Arfah Al-Makkiyyah

#Pertanyaan:
Bolehkah menggunakan menstrual cup; yaitu cup (semacam cangkir silikon -pen) yang dipasang di dalam vagina; untuk mencegah kebocoran di saat haid?

#Ringkasan_Jawaban:
Tidak ada perbedaan dari sisi hukum syar'i maupun yang berkaitan dengan thaharah dsb: antara (menstrual cup) yang di sebutkan tadi, dengan pembalut biasa maupun jenis pembalut lainnya, yang mana wanita biasa mencegah kebocoran darah haid.
Namun hendaknya wanita berhati-hati terhadap kesehatannya, janganlah dia menggunakan sesuatu, kecuali dia yakin dari sumber terpercaya bahwa hal itu aman & tidak berbahaya.

#Jawaban_Lengkap:
Segala puji bagi Allah.

#Pertama:
Menstrual Cup adalah cup (semacam cangkir silikon -pen) yang digunakan wanita untuk membendung leher rahim, sehingga mencegah kebocoran darah haid ke luar.
Menstrual cup ini dikeluarkan isinya setiap beberapa jam sekali, lalu dibersihkan & dikembalikan lagi (dipakai lagi di vagina -pen).

Dari sisi asalnya (dalilnya): 

Rasulullah ﷺ membolehkan wanita istihadhah untuk menggunakan apa yang bisa membendung tempat keluarnya darah untuk mencegah kebocoran. 

(Diriwayatkan) dari Hamnah bintu Jahsy, dahulu dia istihadhah pada masa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Hamnah mendatangi beliau dan berkata: 

"Aku istihadhah dengan darah yang sangat banyak." 

Beliau bersabda: 《Gunakanlah kursuf (pembalut katun)》, 

Hamnah berkata: "Darahnya lebih banyak dari itu, aku mengalirkan darah dengan sangat deras." 

Beliau bersabda: 《Gunakanlah Lijam (sesuatu yang bisa membendung darah -pen)》 

HR. Ibnu Majah (619), Abu Dawud (287), At-Tirmidzi (128), dan yang lainnya.
Dishahihkan oleh Imam Ahmad & Imam Al-Bukhari, dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Irwaa Al-Ghaliil (1/202). 

Diriwayatkan oleh Imam An-Nasaa-iy (354) dari hadits Ummu Salamah: 《Lalu mandilah, ikatlah dengan kain (menutupi kemaluan -pen) dan shalatlah》.

(*) Imam Asy-Syaukany berkata: "(Sabda beliau) 《Gunakanlah Lijam》, dalam kitab Ash-Shihah & Al-Qamus: Lijam adalah sesuatu yang mana wanita haidh membendung darahnya dengan benda tersebut. 

Khalil berkata: Artinya adalah: lakukanlah suatu perbuatan yang menghalangi mengalirnya darah dan (menghalangi) tidak terkontrolnya darah, sebagaimana Lijam (tali kekang) menghalangi tidak terkontrolnya hewan tunggangan.

Adapun "istitsfaar" adalah mengikat kemaluannya (seperti memakai cawat -pen) dengan kain yang lebar, dia mengencangkan kedua ujungnya dengan diikat kencang pada bagian tengahnya, setelah (cawat tersebut -pen) diisi kursuf (kain katun), maka hal tersebut menghalangi (mengalirnya) darah."

Dari Kitab Nail Al-Authaar (1/343).
Al-Khaththaaby berkata: "Terdapat (ilmu) fiqh bahwa wanita istihadhah wajib mengikat kemaluannya dengan kain dan membendung mengalirnya darah, baik dengan kain dan yang sejenisnya, sebagaimana disebutkan pada hadits Hamnah: 《Gunakanlah kursuf (kain katun》, dan juga beliau bersabda kepada Hamnah: 《 Gunakanlah Lijam & ikatlah (kemaluan) dengan kain》.

#Kedua:
Adapun menggunakan sarana tertentu untuk membendung tempat (keluarnya darah -pen), agar menghalangi kebocoran darah haid, maka hal ini termasuk perkara yang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sabdakan:《KAMU LEBIH TAHU URUSAN DUNIAMU》HR. Muslim (2262).
Maka dia melihat kepada kebiasaan manusia, yang dia lihat lebih bermanfaat & lebih baik untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
Sarana yang disebutkan ini (menstrual cup -pen) perlu percobaan & penelitian ilmiah untuk menetapkan bahwa itu adalah sarana yang aman, dan tidak menyebabkan bahaya.
Berdasarkan apa yang kami tahu menurut pendapat para dokter, maka mereka berbeda pendapat dalam hal ini, SEBAGIAN dokter spesialis menyebutkan terdapat bahaya padanya.

Di antara bahaya tersebut:
▪︎ Menstrual Cup tidak cocok bagi GADIS PERAWAN.
▪︎ Menstrual Cup bisa menyebabkan radang (infeksi) pada saluran vagina.
▪︎ Menstrual Cup bisa menyebabkan saluran vagina tercemar oleh kuman dari sarana lain (jika kurang steril -pen).

#KESIMPULAN:
Tidak ada perbedaan dari sisi hukum syar'i maupun yang berkaitan dengan thaharah dsb: antara (menstrual cup) yang di sebutkan tadi, dengan pembalut biasa maupun jenis pembalut lainnya, yang mana wanita biasa mencegah kebocoran darah haid.
Namun hendaknya wanita berhati-hati terhadap kesehatannya, janganlah dia menggunakan sesuatu, kecuali dia yakin dari sumber terpercaya bahwa hal itu aman & tidak berbahaya.
Wallahu a'lam.
Garut, 17 Februari 2020

__________
هل يجوز للمرأة أن تستعمل "كأس الحيض" لمنع تسرب الدم؟
السؤال
هل يجوز استخدام كأس الطمث ؛ وهو كأس يتم تركيبه داخل المهبل ؛ ليمنع تسرب دم الحيض ؟
ملخص الجواب:
لا فرق من حيث الحكم الشرعي، وما يتعلق بالطهارة ونحوها : بين هذه الوسيلة المذكورة، وبين الفوط الصحية، وغيرها من أنواع الحفاظات، واللجامات التي تستعملها المرأة عادة لمنع تسرب الدم. غير أنه ينبغي للمرأة أن تحتاط لسلامتها ، فلا تقدم على استعمال شيء إلا بعد أن يكون قد ثبت لديها من مصدر موثوق أنها آمنة وغير مضرة .
نص الجواب
الحمد لله
أولًا :
كأس الطمث أو "الحيض" : هو كأس تستخدمه المرأة ليسد الرحم ، فيمنع تسرب دم الحيض إلى الخارج ، ويتم تفريغه كل عدة ساعات ، ثم تنظيفه وإعادته مرة أخرى .
http://bit.ly/2Fhhcg2
ومن حيث الأصل : فإن الرسول صلى الله عليه وسلم أجاز للمرأة المستحاضة أن تستعمل ما يسد موضع الدم ليمنع تسربه .
فعَنْ حَمْنَةَ بِنْتِ جَحْشٍ ، أَنَّهَا اسْتُحِيضَتْ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ : إِنِّي اسْتُحِضْتُ حَيْضَةً مُنْكَرَةً شَدِيدَةً ، قَالَ لَهَا : احْتَشِي كُرْسُفًا ، قَالَتْ لَهُ : إِنَّهُ أَشَدُّ مِنْ ذَلِكَ إِنِّي أَثُجُّ ثَجًّا ، قَالَ : تَلَجَّمِي .... .
رواه ابن ماجه (619) ، وأبو داود (287) ، والترمذي (128) وغيرهم ، وصححه الإمام أحمد ، والبخاري ، وحسنه الألباني في "إرواء الغليل" (1/202) . وللنسائي (354) من حديث أم سلمة: ثُمَّ اغْتَسِلِي وَاسْتَثْفِرِي وَصَلِّي .
قال الشوكاني :
" (فتلجمي) قال في الصحاح والقاموس: اللجام ما تشد به الحائض ، قال الخليل : معناه افعلي فعلا يمنع سيلان الدم ، واسترساله ، كما يمنع اللجام استرسال الدابة .
وأما الاستثفار: فهو أن تشد فرجها بخرقة عريضة ، تُوثِق طرفيها في حقب تشده في وسطها، بعد أن تحتشي كرسفا، فيمنع ذلك الدم " انتهى من "نيل الأوطار" (1/343) .
وقال الخطابي :
" وفيه من الفقه أن المستحاضة يجب عليها أن تستثفر، وأن تعالج نفسها بما يسد المسلك ويرد الدم، من قطن ونحوه ، كما قال في حديث حمنة : (أنعت لك الكرسف) وقال لها : (تلجمي واستثفري) .
ثانيا :
أما استعمال وسيلة معينة لسد الموضع، لمنع دم الحيض من التسرب ، فهذا يدخل تحت قول النبي صلى الله عليه وسلم : أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ رواه ومسلم (2262) .
فينظر في ذلك إلى ما اعتاده الناس، ورأوه أنفع وأصلح لأداء الغرض المقصود.
وهذه الوسيلة المذكورة تحتاج إلى تجربة وأبحاث علمية وسريرية لإثبات أنها وسيلة آمنة، ولا تسبب ضررا .
وبحسب ما وقفنا عليه من كلام الأطباء ، فإنهم مختلفون في ذلك ؛ فقد ذكرت بعض الطبيبات المتخصصات أن لها أضرارا .
منها : أنها لا تناسب الفتيات الأبكار ، وأنها قد تسبب بعض الالتهابات للجهاز التناسلي ، وأنها تجعل الجهاز التناسلي أكثر عرضة للتلوث والجراثيم من الوسائل الأخرى .
والخلاصة :
أنه لا فرق من حيث الحكم الشرعي، وما يتعلق بالطهارة ونحوها : بين هذه الوسيلة المذكورة، وبين الفوط الصحية، وغيرها من أنواع الحفاظات، واللجامات التي تستعملها المرأة عادة لمنع تسرب الدم.
غير أنه ينبغي للمرأة أن تحتاط لسلامتها ، فلا تقدم على استعمال شيء إلا بعد أن يكون قد ثبت لديها من مصدر موثوق أنها آمنة وغير مضرة .
والله أعلم .
Source : Islamqa Answers

✍️Ditulis oleh @arfah_ummu_faynan

🔁 Direpost oleh Rihlatul-Amal

Link postingan asli di IG terkait terjemahan ini ada di sini.

Note : Tolong tidak menanyakan ke aku soal selanjutnya, karena aku hanya share untuk berbagi faedah. Aku juga masih belajar, so masih banyak yang aku ga tahu. Takut salah jawab

Jika ingin bertanya, lewat DM beliau saja ya! (Link IG sudah dicantumkan di atas.

—Rihlatul-Amal
Direpost pada tanggal 8 Oktober 2021

Comments

Popular posts from this blog

Allah, Bantu Aku.

Tak Sesederhana Yang Terlihat.

Sisa Dari Takdir