Merasakan Alur Hidup Lambat, dan Bersyukur.

Saat kecil dulu, ku pikir menjadi dewasa itu sangat menyenangkan.
Bisa pergi ke tempat yang ku mau dengan bebas,
Bisa melakukan hal-hal yang dulu dilarang karena terkendala umur,
Bisa membeli makanan dan barang-barang yang kuinginkan dengan mudah.

Namun setelah ku alami sendiri, ternyata tak semudah itu.
Pernah pula saat itu ku berpikir, untuk bisa masuk ke dalam surga hanya cukup dengan sholat lima waktu dan bisa membaca Al-Qur’an dengan benar saja.

Namun setelah lama belajar sekarang, ku sadari ternyata tak sesederhana itu saja. Bahwa ternyata, banyak hal yang mesti dipelajari untuk bisa berikhtiar masuk ke dalam surga.

Banyak hal yang perlu dilakukan, agar kelak dapat Allah wafatkan dalam keadaan husnul khotimah. Apalagi, tak ada yang dapat menjamin amalan kita saat ini sama dengan akhirnya kelak. Sebab, amalan seorang hamba dilihat pada akhirnya. Seperti yang diterangkan di dalam HR. Bukhari, “Sesungguhnya amalan itu dilihat dari akhirnya.”

Tentunya dalam proses berikhtiar mendapatkan surga itu, Allah memerintahkan kita bukan hanya beribadah saja di dunia. Namun, kita juga memiliki porsi dan andil untuk melakukan aktifitas keduniaan selama tidak melanggar syariat dan tak membuat kita lupa untuk beribadah.
Di dalam QS. Al-Qosos ayat 77, Allah ta’ala berfirman “Carilah negeri akhirat pada nikmat yang diberikan Allah kepadamu, tapi jangan kamu lupakan bagianmu dari dunia.”

Selama berproses di dunia ini, setelah banyak masalah dapat ku lewati. Atas izin Allah, aku mulai merasakan syukur dalam menjalani hidup. 
Dengan, merasakan alur kehidupan yang berjalan lambat. Menikmati waktu di dunia, sebagaimana mestinya.
Menikmati waktu yang terjadi saat ini, bukan menghadap pada masa lalu yang sudah terjadi atau pun memikirkan masa depan yang masih sangat abstrak akan seperti apa.

Tak terlalu ada kerisauan dalam diri. Melihat hal-hal kecil yang mampu membuat bahagia, seperti berbicara dengan manusia lain, melihat hewan-hewan kecil di sekitar, melihat bunga di taman, mendengar kicauan burung, mendengar suara mesin kendaraan.

Semua hal di dunia, terkadang nikmat jika diresapi secara baik-baik, dengan alur hidup yang lambat ini.

Ketika kita hanya terfokus pada masa kini,
Ketika kita sadari hal apa saja yang masih bisa dikerjakan saat ini,
Ketika kita sadari hal apa saja yang masih ada saat ini.

Seperti, saat semester akhir kuliah ini, ku rasakan bahwa ku harus menikmati waktu-waktu berhargaku yang tak bisa terulang lagi.

Menikmati hari-hari, seolah tak dapat dilakukan lagi esok.
Menikmati waktu bercengkrama bersama teman,
Menikmati waktu berbakti kepada orangtua,
Menikmati waktu mengerjakan tugas kuliah,
Menikmati waktu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan, serta projek-projek.

Sebab, setelah masa kuliah berakhir ternyata ada yang lebih sulit daripada sekadar mengejar tenggat waktu tugas dan juga mengejar sidang skripsi. Yaitu, tentang menentukan pilihan yang membawa kepada masa depan berikutnya.

Menentukan pilihan terkait kehidupan yang akan dilakukan pascakuliah. Mulai dari tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan selanjutnya, jodoh, dan sebagainya. Ternyata, tak semudah itu. Namun, walaupun sulit dengan pertolongan Allah, semua dapat menjadi mudah.
Maka, biarkanlah waktu itu mengalir. Dengan tetap berikhtiar semampunya, berdoa kepada Allah, kemudian bertawakkal dengan memasrahkan semua kepada-Nya.

Dengan menikmati waktu, merasakan alur kehidupan yang berjalan lambat, memperhatikan hal-hal kecil di sekitar. Biidznillah, akan lebih mudah bagi kita dalam memaknai hidup dan tak terlalu stress memikirkan masa depan yang belum pasti.

Nikmati waktu ini, pergunakan sebaik-baiknya. Berikan manfaat bagi dunia sebanyak-banyaknya. Sehingga, semoga kelak kita dapat memiliki pahala jariyah yang benar-benar mengantarkan kita ke tempat yang kekal, yaitu surga-Nya.

—Rihlatul-Amal
Selasa, 24 Januari 2023.
Di Kota Malang.

Note: Ditulis untuk buku antologi, yang qodarullah tidak menjadi naskah terpilih. Semoga kelak bisa menjadikannya ide sebagai buku solo berikutnya. Aamiin

Comments

Popular posts from this blog

Allah, Bantu Aku.

Tak Sesederhana Yang Terlihat.

Sisa Dari Takdir