Aku Sedang Membenci Diriku
Aku sedang membenci diriku.
Dan tak ada seorang pun yang dapat menyangkalnya.
Aku benci dengan sakit pada sekujur tubuhku, yang menimbulkan bekas luka.
Aku benci dengan mataku yang sedang penuh bekas luka.
Aku benci kantong mata serta mata pandaku akibat insomnia.
Aku benci melihat mataku yang semakin sayu dan tak ada rasa berbinar lagi.
Aku benci melihat pipi dan tanganku yang kian mengurus akibat kurangnya nafsu makan.
Aku benci dengan diriku yang tak lagi memiliki minat pada hal-hal yang dahulu sangat kusukai.
Aku benci dengan diriku yang tak lagi bisa merasakan rasa kebahagiaan.
Aku benci dengan diriku yang semakin mudah cemas dan tersinggung.
Aku benci dengan diriku yang selalu mengulangi hal-hal yang sama setiap hari, namun tak ada perubahan berarti.
Aku benci diriku yang selalu merasa kesepian dan merasa tak ada seseorang untuk berbicara.
Aku benci diriku yang selalu menangis di tiap keheningan malam.
Terkadang, aku berpikir apakah akan ada orang yang dapat membantuku?
Namun, semakin lama aku semakin sadar di titik seperti ini adalah ujianku untuk hanya bergantung pada Allah saja.
Sebab, manusia tak selalu dapat diandalkan, dan aku pun tak dapat terlalu bergantung pada manusia.
Akan tetapi aku tak tahu sampai kapan hari-hariku akan terlewatkan begini lagi dan lagi.
Terkadang rasanya lelah menjalani kehidupan ini. Dan aku pun tak tahu sampai kapan aku bisa bertahan.
Apakah suatu saat aku bisa merasakan kembali kebahagiaan yang sebenarnya?
Apakah harapan itu masih ada?
Entah kenapa, rasanya aku menjadi lupa akan hal-hal yang pernah kutulis dalam kedua bukuku dahulu.
Mungkinkah aku harus membacanya kembali agar dapat mengingatnya lagi?
Terkadang, aku hanya lelah dan hanya butuh berhenti dari segala hal sejenak ataupun dalam waktu yang lama.
Sekali lagi, aku sedang membenci diriku.
Dan tak ada seorang pun yang dapat menyangkalnya.
—Rihlatul-Amal
Jum'at, 3 November 2023.
Di Kota Mataram.
Comments
Post a Comment