Tak Sesederhana Yang Terlihat.

Ia orang yang sederhana.
Mudah bahagia, dari hal-hal kecil dan sederhana di sekitarnya.

Ia orang yang sederhana.
Mudah pula terpikirkan, menjadi cemas dan tak beraturan, 'hanya' karena hal-hal yang terlihat kecil bagi sebagian orang.

Semua serasa seimbang, antara perasaannya yang mudah bahagia dan mudah tak bahagia.

Orang-orang yang tak terlalu mengenalnya terkadang melihat dari satu sisi saja, seolah Ia adalah manusia yang sempurna.
Seolah tak ada masalah berarti yang terjadi pada dirinya.
Padahal tak ada yang sempurna di dunia ini selain Allah ta'ala saja.

Kita dapat cepat bahagia, setelah sebelumnya bersedih.
Kita dapat tertawa, setelah sebelumnya penuh amarah dan kekesalan.

Ini memperlihatkan seberapa rumitnya emosi yang terjadi sebagai manusia.

Seringkali kita tak dapat menyadari dan memahami emosi yang benar-benar kita rasakan dalam diri.
Sebab, kita terlalu fokus pada kesulitan yang ada, sehingga lupa untuk sadar dan lupa apa yang sebenarnya dirasakan diri.

Mengontrol diri sendiri ternyata tak semudah itu, meskipun usia senantiasa bertambah.
Namun, jika kita tak belajar menguasainya dan mempraktikkannya sedikit demi sedikit, apalah arti usia?
Usia tak selalu menandakan tingkat kedewasaan seseorang, dan seberapa pandai Ia mampu mengontrol emosi dalam dirinya.

Mengontrol diri sendiri ternyata tak semudah itu, ini baru untuk satu tubuh saja. Diri sendiri.
Kemudian, bagaimana jika suatu saat Allah takdirkan diri untuk memiliki amanah, mengajarkannya kepada tubuh yang lain, darah daging sendiri? (Maksudnya anak, pen)

Tentu, tak akan semudah itu.

Mungkin memang saat ini Allah masih takdirkan diri kita sendiri, namun bukan berarti menjadikan diri kita apatis dan tak mau mempelajarinya.
Kita harus memikirkan bahwa apa yang dilakukan saat ini, pasti akan berdampak di masa depan 'kan?

"Siapa yang menyemai, dia yang akan menuai"

Seperti dalam hadits dari Umar bin Al Khoththob radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Nabi ﷺ bersabda,

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً

”Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” [HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no.310.]


Selalu masih ada waktu, tak ada kata terlambat.
Masih ada waktu untuk mempelajarinya.
Masih ada waktu untuk memahaminya.
Masih ada waktu untuk mengamalkannya.
Meskipun kelak, praktik tidak akan semudah teori. Namun lebih baik sempat berikhtiar semampunya, daripada kelak merugi dan bingung sendiri harus memulai dari mana.

Allah, mudahkanlah.

—Rihlatul-Amal
Rabu, 11 Oktober 2023.
Di Kota Mataram.

Comments

Popular posts from this blog

Allah, Bantu Aku.

Sisa Dari Takdir