Tak Mengapa Menepi Dulu

Tak mengapa, menepi sementara.
Dari hiruk-pikuk dunia, dari belajar ilmu-ilmu yang dulu sangat semangat kau pelajari.
Sebab, saat ini kau harus fokus menyembuhkan dirimu dahulu.

Tak mengapa, menganggap dirimu tak seproduktif dulunya.
Meninggalkan rutinitas-rutinitas yang biasa kau lakukan sebelumnya.
Meninggalkan hal-hal yang kau gemari dulunya.
Sebab, saat ini kau hanya ingin fokus pada kebahagiaan yang lebih hakiki.

Tak mengapa, tak terlalu berinteraksi dengan banyak manusia dahulu.
Tak mengapa, tak terlalu melihat kabar terbaru mereka dahulu.
Sembuhkan lebih dahulu luka-luka yang kau rasakan.
Fokus hanya pada hal-hal yang tak memberatkan pikiranmu.

Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan,
“Sabarkanlah dan kuatkanlah dirimu. Kehidupan dunia hanyalah beberapa malam yang bisa dihitung. Kalian hanyalah kafilah yang sedang singgah. Hampir-hampir salah seorang di antara kalian dipanggil (untuk berangkat) lalu dia memenuhi panggilan tersebut tanpa sempat menoleh. Kembalilah kalian dengan mengambil bekal yang baik-baik yang ada di sisi kalian. Sesungguhnya kebenaran ini memberatkan manusia dan menghalangi mereka dari syahwat mereka. Orang yang bisa bersabar di atas al-haq (kebenaran) ini hanyalah orang yang mengetahui keutamaan al-haq (kebenaran) dan akibatnya.”
📖 al-Bidayah wan Nihayah, jilid 9, hlm 272. (via https://t.me/fawaidhsylvvea)

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata, 
“Bila manusia merasa cukup dengan dunia, maka hendaknya Anda merasa cukup dengan Allah. 
Bila manusia bergembira dengan dunia, maka berbahagialah Anda dengan Allah.
Bila manusia merasa tenang bersama orang-orang yang mereka cintai, maka jadikanlah ketenangan Anda dengan Allah.
Bila mereka mengenalkan dan mendekatkan diri mereka kepada raja-raja mereka dan pemimpin-pemimpin mereka untuk mendapatkan kemuliaan dan kedudukan di sisi mereka, maka kenalkanlah diri Anda kepada Allah, berusahalah meraih cinta-Nya agar dengan itu Anda mendapatkan puncak kemuliaan dan ketinggian.”  
📚 Mukhtashar al-Fawaid, hlm 82. (via https://t.me/fawaidhsylvvea)

Ya memang ujian ini cukup berat, namun ingatlah janji Allah bahwa Allah tidak akan menguji seseorang di luar kemampuannya.
“لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا“
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. [QS. Al-Baqarah (2): 286]
Terima kasih masih berusaha bertahan, walaupun pikiranmu sering berkali-kali mengatakan tak ingin bertahan.
"Trying to stay, even when my mind say to not stay"

Entah hikmah apa yang Allah ingin perlihatkan setelah ini. 
Semoga kelak, kau bisa menemukan kebahagiaanmu yang sebenarnya.

—Rihlatul-Amal
Senin, 10 April 2023.
Di Kota Mataram.

Comments

Popular posts from this blog

Allah, Bantu Aku.

Tak Sesederhana Yang Terlihat.

Sisa Dari Takdir