Tak Lagi Sendiri.

Menelisik kembali untaian kata yang pernah ku tulis dulu, di masa masih menjadi mahasiswa baru dan baru mengikuti kajian menurut Islam yang murni ini..

Ternyata, dulu aku sangat sekesepian itu ya?

Di antara tulisan yang pernah kutulis:

"Mencari teman yang bisa diajak ke kajian sunnah itu bagai mencari jarum di tumpukan jerami. Mending cari temen di tempat kajiannya aja, karena mereka tanpa perlu diajak ﺇﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ sudah terbiasa ikut kajian rutin
ﻣَﺎﺷَﺂﺀَﺍﻟﻠّﻪُ "

"Lelah nggak sih ngajak temen ke kajian sunnah? Iya lelah bangett, tapi aku selalu ada keinginan itu, untuk memperlihatkan ke mereka begini lho rasa ademnya ikut kajian.. Aku juga ingin.. ada temen yang bisa ngingetin pas aku sedang futur dan males ke kajian:') Hadaanallah"

"Masih menunggu saat itu tiba. Yaitu saat salah satu atau beberapa teman yang ku kenal mengatakan "Fi, aku mau deh ikut kajian bareng kamu", "Fi, aku boleh ikut kajian juga?" "Fi, aku lagi senggang. Aku ikut kamu kajian yaa." Sungguh kenikmatan yang tak terhingga
Karena berjuang sendirian itu melelahkan.. Aku butuh teman yang saling menguatkan di sini. Aku butuh teman hijrah juga yang sama-sama di satu kota."

Aku saat itu, benar-benar tak terlalu punya teman kajian rutin. 
Mungkin, hanya satu dua saja, yang kemudian mereka meninggalkan kota Malang sebab sudah menyelesaikan masa studinya.
Sering kulakukan, berjalan sendirian ke Masjid, pulang pun sendirian. 
Namun, aku salut pada diriku saat itu.
Merasakan benar-benar nyamannya hidayah Allah menyapa, bahkan jika pun harus melangkahkan kaki sendiri.
Sebab, kuingat bahwa nantinya pun di alam kubur kita akan sendiri, mempertanggungjawabkan semuanya.
Dan rasanya tak mau kulewatkan ilmu itu sedikit pun.

Lucu, dipikir-pikir dulu sangat berharap bisa mendapatkan kawan hijrah di tempat kuliah. Yang kukira, akan bisa sama seperti masa SMAku dulu.
Tidak, semuanya berbeda.
Satu per satu pemandangan yang tak asing kulihat saat perkuliahan berjalan, di mana satu per satu teman-temanku yang dulu mulai futur.

Dulunya, aku sangat berharap mereka bisa kembali. Namun, semakin lama aku sadar lebih baik aku hanya berfokus kepada diriku dan mencari ridho Allah saja, serta fokus kepada orang-orang yang memang juga menyayangiku.

Hingga, aku mulai tak terlalu peduli dengan orang lain lagi yang bisa membuat sakit kepalaku.

Hingga, aku mulai menerima lebih baik aku mencari teman baru saja yang memang orientasinya akhirat, dan mereka memang punya keinginan kuat untuk sama-sama berusaha istiqomah.

Rasa sakit, rasa sepi, rasa takut akan futur saat itu membuahkan hasil dari Allah. 
Aku mulai sedikit-sedikit menemukan teman baru di kajian, bahkan ada yang rutinan hampir setiap hari mau pergi bersamaku dengan motornya.

Hingga pandemi tiba, walaupun tak bertemu lagi secara offline ternyata aku masih bisa kajian bersama dengan teman-teman secara online.

Lalu, singkat cerita saat di masa akhir perkuliahan ini biidznillah aku makin menemukan banyak teman-teman baru. Yang bisa dibilang, seperti impianku di masa mahasiswa baru dulu.

Teman-teman yang benar-benar mengingatkanku pada akhirat, teman-teman yang bisa aku ajak bicara perkara akhirat.
Teman-teman yang mau mendengarkanku, atau pun aku mendengarkannya. Dan semua itu, masih berada di koridor Islam yang benar.

Aku merasa, semua ini seperti untruth. Ternyata, Allah baru mau menunjukkannya sekarang.
Ternyata, aku tak selamanya sendiri.

Sering kali aku merasakan haru saat mengingat ini semua.
Aku sangat bahagia saat menemukan teman-teman yang seumuran denganku, dan bisa kajian bersama mereka, di tempat-tempat yang juga berbeda.
Mereka pun sangat mencari hidayah Allah.

Kisah-kisah hijrah mereka berbeda-beda, dan semua itu semakin memberikanku kekuatan untuk bisa bertahan juga.

Walau memang, aku sadar aku tak bisa terlalu berharap pada manusia. Jadi, jika ada yang futur lagi dan meninggalkanku, aku tak mau terlalu memikirkannya. Mengingatkan sekadarnya. 
Dan fokus kepada orang-orang yang memang masih mau bersamaku dan memang masih ada niatan untuk bertahan juga.

Yah, aku bahagia Allah berikan aku lingkungan yang tepat dengan orang-orang yang tepat pula. Semoga saja, Allah berikan kami semua keistiqomahan untuk tetap berada di jalan yang benar. Aamiin.

—Rihlatul-Amal
Selasa, 27 Desember 2022.
Di Kota Malang.

Comments

Popular posts from this blog

Allah, Bantu Aku.

Tak Sesederhana Yang Terlihat.

Sisa Dari Takdir