Posts

Menjadi Mahasantri: Kuliah Tak Menghalangiku Menuntut Ilmu Syar'i

Pernah dengar istilah “Mahasantri”? Aku pribadi belum tahu siapa yg pertama kali mempopulerkan/menciptakan istilah ini, namun yang pasti salah satunya kuketahui istilah ini dari judul buku karangan Ustadz @mabduhtuasikal hafidzahullahu. Juga kembali kubaca saat membaca buku karya ukhti @fatimahadining berjudul “To Be A Mahasantri.” Istilah Mahasantri ini sendiri adalah gabungan dari kata “Mahasiswa” dan “Santri”. Yang artinya meskipun sedang kuliah dan berstatus sebagai mahasiswa, juga berstatus menjadi santri. Walaupun memang tak mengenyam pendidikan formal di pondok pesantren. Lalu di manakah belajar agamanya? Belajar agamanya melalui asatidz yang diketahui tsiqoh keilmuannya baik melalui kajian atau pembelajaran bertahap, baik secara offline di Masjid maupun secara online. Dan hal inilah yang juga kurasakan selama menjadi mahasiswa selama 4 tahun lebih kemarin.  Meskipun jurusan kuliahku adalah jurusan umum, ini tak menghalangiku belajar ilmu syar’i. Jika waktu pagi hingga sorenya k

In The Process Of Healing

Step by step, I'll surely get better. Even though it's not easy to heal. Maybe there will be up and down, Maybe after healing for some time, i'll get hurt again. But it's better for me to take the process, and trying to enjoy it. The process to heal isn't easy, It's not going to very smoothly, But no matter how hard it is, Allah surely will help me. "Allah doesn't burden a soul beyond that it can bear." If Allah knows I can pass it and be heal, Allah will help me. O Allah, please ease me to heal and recover to be normal again. Aameen. —Rihlatul-Amal Tuesday, January 23, 2024. In Mataram.

Allah, Bantu Aku.

Image
Ketika sedang sedih, sering kali membuat kita lupa akan kebaikan-kebaikan yang kita dapatkan. Ketika sedang sedih, rasa syukur sangat sulit untuk dirasakan. Ketika sedang sedih, seakan merasa kita adalah orang yang paling menderita di dunia ini. Padahal, Allah telah berfirman bahwa Ia tidak akan membebani seseorang di luar kesanggupannya. لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah: 286). Padahal, Allah telah berfirman bahwa jika kita menghitung nikmat-Nya maka tidak dapat terkira. وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nahl: 18). وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggaka

Aku Sedang Membenci Diriku

Aku sedang membenci diriku. Dan tak ada seorang pun yang dapat menyangkalnya. Aku benci dengan sakit pada sekujur tubuhku, yang menimbulkan bekas luka. Aku benci dengan mataku yang sedang penuh bekas luka. Aku benci kantong mata serta mata pandaku akibat insomnia. Aku benci melihat mataku yang semakin sayu dan tak ada rasa berbinar lagi. Aku benci melihat pipi dan tanganku yang kian mengurus akibat kurangnya nafsu makan. Aku benci dengan diriku yang tak lagi memiliki minat pada hal-hal yang dahulu sangat kusukai. Aku benci dengan diriku yang tak lagi bisa merasakan rasa kebahagiaan. Aku benci dengan diriku yang semakin mudah cemas dan tersinggung. Aku benci dengan diriku yang selalu mengulangi hal-hal yang sama setiap hari, namun tak ada perubahan berarti. Aku benci diriku yang selalu merasa kesepian dan merasa tak ada seseorang untuk berbicara. Aku benci diriku yang selalu menangis di tiap keheningan malam. Terkadang, aku berpikir apakah akan ada orang yang dapat membantuku? Namun, se

Selembut Sutra

Hati yang selembut sutra, Mudah tersentuh perasaannya Mudah menangis saat dibacakan ayat-ayat Al Qur'an Hati yang selembut sutra, Besar rasa ibanya Besar sedekah yang Ia keluarkan untuk yang membutuhkan Hati yang selembut sutra, Mudah menyesal atas dosa-dosa yang Ia lakukan Mudah menangis dan beristighfar untuk menambal dosa-dosanya Hati yang selembut sutra, Besar rasa empatinya Besar keinginan memberikan pertolongannya, sampai lupa akan kebahagiaan dirinya sendiri Hati yang selembut sutra. Tentu bukannya aku, Akan tetapi orang lain. Tentu bukannya aku, Akan tetapi kuharap suatu saat aku bisa menjadi sepertinya. Menjadi orang yang hatinya selembut sutra. Hati yang selembut sutra. Kuharap suatu saat aku memilikinya. Kuharap Allah mudahkan untuk memperbaiki hatiku. Kuharap Allah senantiasa memudahkan memperbaiki niatku agar lillah. Kuharap Allah dapat menjadikanku orang yang baik dan hatinya selembut sutra. —Rihlatul-Amal Jum'at, 20 Oktober 2023. Di Kota Mataram.

Tak Sesederhana Yang Terlihat.

Ia orang yang sederhana. Mudah bahagia, dari hal-hal kecil dan sederhana di sekitarnya. Ia orang yang sederhana. Mudah pula terpikirkan, menjadi cemas dan tak beraturan, 'hanya' karena hal-hal yang terlihat kecil bagi sebagian orang. Semua serasa seimbang, antara perasaannya yang mudah bahagia dan mudah tak bahagia. Orang-orang yang tak terlalu mengenalnya terkadang melihat dari satu sisi saja, seolah Ia adalah manusia yang sempurna. Seolah tak ada masalah berarti yang terjadi pada dirinya. Padahal tak ada yang sempurna di dunia ini selain Allah ta'ala saja. Kita dapat cepat bahagia, setelah sebelumnya bersedih. Kita dapat tertawa, setelah sebelumnya penuh amarah dan kekesalan. Ini memperlihatkan seberapa rumitnya emosi yang terjadi sebagai manusia. Seringkali kita tak dapat menyadari dan memahami emosi yang benar-benar kita rasakan dalam diri. Sebab, kita terlalu fokus pada kesulitan yang ada, sehingga lupa untuk sadar dan lupa apa yang sebenarnya dirasakan diri. Mengontro

Memulai Kembali

Memulai kembali memang bukanlah hal yang mudah, Ada perasaan cemas dan takut. Cemas tidak bisa memenuhi ekspektasi orang-orang. Cemas tidak bisa memenuhi ekspektasi diri sendiri. Takut tidak bisa menyelesaikan semua tepat waktu. Takut tidak bisa konsisten. Takut tertinggal dengan yang lain. Entah siapa yang kukejar, jika aku sebenarnya sedang berada di jalanku sendiri. Jalan, yang mungkin tingkat tantangannya berbeda dengan orang lain. Jalan, yang mungkin aku yang lebih familiar bagaimana proses penyelesaiannya, dibandingkan dengan orang lain. Lalu mengapa tak pernah selesai melihat rumput tetangga yang lebih hijau? Mengapa tidak fokus menanam, memupuk, menyemai, merawat rumputku sendiri?  Agar tumbuh lebih subur, lebih hijau, dan tinggi. Mungkin belum waktunya rumputku tumbuh lebih baik. Aku masih fokus untuk memperbaiki lahannya yang masih belum terlalu subur. Hati yang ibarat lahan, masih sangat kering untuk ditanami sesuatu. Perbaiki lagi, suburkan lagi. Meskipun sulit sekali untuk