Kemudahan Menuntut Ilmu Syar'i & Belajar Qana'ah

Setiap aku pergi ke tempat baru, aku selalu bertemu dengan orang-orang baru.
Dan menurutku, pertemuan dengan orang baru itu selalu mengandung makna dan hikmah tersendiri.

Seperti saat bulan Juli lalu, sepulang kajian seorang Ustadz hafidzhahullahu di suatu Masjid di Kota Malang, aku bertemu dengan beberapa teman-teman baru yang juga masih kuliah.
Saat kami hendak pulang, kami bertemu dengan seorang ummahat dan diajak bicara dengannya. 
Beliau -yang semoga Allah menjaganya- berpesan kepada kami, manfaatkanlah waktu-waktu mudah menuntut ilmu sekarang ini.
"Allah itu menyukai pemuda yang suka menuntut ilmu agama"

Beliau menceritakan di tahun 90-an, seberapa sulitnya menuntut ilmu syar'i di Masjid-Masjid karena takut dibubarkan oleh polisi dsbnya. 
Mengaji harus bersembunyi-sembunyi.
Berbeda sekali dengan di masa sekarang.
Dan atas izin Allah, di kota Malang saat ini sudah tersebar luas sekali dakwah sunnah dan sebegitu banyaknya majelis ilmu di mana-mana, serta kemudahan transportasi. 
Ingin mengaji tak perlu ada larangan lagi, memakai pakaian syar'i sudah tak dipandang seaneh dulu. 
Allahumma baarik 'alaih.

Beliau juga berpesan, puas-puaskanlah masa menuntut ilmu selagi masih belum menikah. 
Sebab, kita tak tahu nantinya akan mendapat pasangan seperti apa.
Ada pasangan yang tidak memperbolehkan istrinya untuk menuntut ilmu ke luar rumah, namun itu harus tetap ditaati karena perintah suami. 
Mungkin saja, suaminya di sini sangat ingin menjaga istrinya dari berbagai gangguan, atau ingin istrinya sangat mengamalkan sunnah wanita yang harus berdiam diri di rumah sebagai fitrahnya.
Namun terkadang ada juga pasangan yang ingin pergi menuntut ilmu bersama. 
Maka, puaskanlah selagi masih sendiri, sebab kita tak tahu takdir Allah nanti seperti apa.

Membuat kembali merenung, sudah sebegitu Allah berikan kemudahan, lalu masih maukah menyia-nyiakan nikmat yang ada? 
Hanya pada Allah kita minta taufik dan hidayah.

Beliau pun juga bercerita bahwa beliau sekarang sudah tak menggunakan telepon genggam lagi, menurut beliau banyak kesia-siaan di dalamnya. Meskipun banyak yang mengatakan beliau tak up to date, namun beliau masih bisa mendapat informasi dari keluarganya yang lain.
Namun beliau tetap bersyukur dengan kondisi itu, karena ketika kebutuhan hidup sehari-hari terpenuhi, ada makanan dan segala hal pokok maka itu sudah cukup baginya. 
Dan beliau menyampaikan hadits ini,
Dari ’Ubaidillah bin Mihshan Al Anshary dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia di dalam genggaman tangannya.” (HR. Tirmidzi no. 2346, Ibnu Majah no. 4141. Abu ’Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib).

Beliau seakan mengajari bagaimana sifat qana'ah yang sepatutnya dimiliki seorang muslim. 
Dan aku pun merenung kembali, pada zaman dahulu memang tak tersedia teknologi dan telepon pintar seperti masa sekarang. Namun orang-orangnya juga tetap bisa bahagia kan?
Orang-orang miskin pun begitu. Mereka tetap bisa bahagia tanpa kebutuhan-kebutuhan tersier, asal makanan sudah cukup mereka miliki. Ada tempat berteduh, kebun, tanaman, sawah sendiri. 
Mereka tak takut dengan kesulitan rezekinya dari segi makanan.
Tanpa perlu banyak faktor-faktor lain, ternyata itu bisa memberi kebahagiaan tersendiri.

Dan beliau saat itu menanyakan jurusan-jurusan kami, dan seperti berharap semoga suatu saat dari berbagai latar belakang kami, kami bisa mendirikan Ma'had. Di situ ada rasa tertegun masyaallah.
Dan ini adalah awal mula, sebelum kami membuat grup WhatsApp yang isinya untuk menyebarkan info-info kajian di sekitar Kota Malang, supaya bisa bertemu lagi.

Semoga Allah mudahkan kita untuk senantiasa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, dan memiliki sifat qana'ah. Aamiin.

—Rihlatul-Amal
Sabtu, 2 Juli 2022 dengan beberapa tambahan pada Jum'at, 9 September 2022.
Di Kota Malang.

Comments

Popular posts from this blog

Allah, Bantu Aku.

Tak Sesederhana Yang Terlihat.

Sisa Dari Takdir