Mencari Ketenangan

Di penghujung bulan Oktober ini, atas izin Allah aku diberikan kembali 'ketenangan' yang selama ini kucari.

Masih berkaitan dengan tulisan-tulisanku sebelumnya, berkaitan dengan adab, akhlak, dan meninggalkan serta menghindar. Serta ada kaitannya dengan kajian-kajian yang kuikuti sebelumnya.
Dan ada suatu hal yang perlu diingat, untuk menjadi orang baik, maka kita harus selalu tenang dalam menyikapi masalah. Bersabar dan jangan marah. Seperti meneladani sikap Nabi Muhammad ﷺ.

Pada kajian Umdatul Ahkam lalu contohnya, Nabi Muhammad ﷺ sangat toleran pada orang Badui yang kencing di Masjid. Beliau tidak memarahinya langsung, tetapi menunggu Badui tersebut selesai kencing, baru dinasihati. 
Mengapa beliau melakukan itu? Kenapa tak langsung dimarahi saja? 
Sebab beliau mengetahui banyak dampak bila dimarahi duluan, akan lebih berceceran di Masjid, dan akan berakibat makin buruk.
"Menghindari kehancuran lebih baik dan utama daripada mencari maslahat"

Maka hikmahnya, yaitu untuk mengajari orang yang kurang pintar kita harus berlemah lembut. Apalagi, orang tersebut masih dapat berdoa tentang kebaikan untuk orang yang baik pada dirinya, dan sebaliknya. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menyikapi masalah.

Dinginkan sejenak kepala, tarik nafas, dan berusaha untuk tetap tenang. Cari celah terbaik yang mudharatnya paling kecil. Na'am.

Kaidahnya, jika ada dua perkara, hindari yang berat dan ambil yang paling ringan di antara keduanya. 
Bijak adalah apabila ada suatu masalah, kita harus mencari yang paling sedikit dampak negatifnya.

Jika diterapkan dalam hal lain juga begitu. Jika kita meyakini apabila melakukan sesuatu dampaknya lebih besar, maka lebih baik mencari cara lain.

Lalu tentang meninggalkan dan menghindar, apabila kita tetap berada di zona-zona yang membuat kita tak nyaman. Kita sudah tahu lingkungan, teman, dan sebagainya tidak baik untuk kita, pikiran kita, dan hal lain maka apakah harus terus bertahan? Kita tahu tentang mudharat dan tidak berfaedahnya untuk akhirat, maka yang lebih baik adalah meninggalkan.


Ingatkah, selama ini yang kucari adalah ini. K E T E N A N G A N.

Aku tak butuh hal lain yang lebih nikmat dari ini. 

Dulu hati ini penuh was-was dan kebingungan. 

Apa benar ini haram? Tapi, tetap saja melakukan; Akhirnya tanpa sadar mulai masing ke dalam lubang dosa.

Akan tetapi, saat itu ku menemukannya, ia tak terlalu terlihat di mata banyak manusia.

Itu adalah saat ku makin mengenal Rabbku, makin kenal Rasulku, serta sunnah-sunnahnya.

Lalu mulai banyak rintangan yang kuhadapi, tetapi atas izin Allah aku harus kuat dan tetap tenang dalam menghadapinya.


Akhir-akhir ini aku makin belajar untuk tak terlalu peduli pada opini manusia, tetapi aku juga tetap berusaha untuk baik pada mereka. Semua orang.

Semakin ku belajar untuk tak peduli, maka aku makin paham, aku tak terlalu butuh followers, likes, dan sebagainya. Ketika banyak melihat stories, sering kali muncul yang buatku tak tenang, banyak pikiran, bahkan banyak yang berpotensi 'ain.

Maka, mau tak mau. Ku unfoll beberapa teman, dan sedang berencana mute beberapa stories teman juga. Maaf kawanku, bila kalian tak suka silahkan saja unfollback aku. Aku sudah tak peduli dan itu yang aku inginkan:)

Dari situ, aku pula dapat menyeleksi teman-temanku. Apalagi saat aku membagikan dakwah, bila ada yang unfollow yasudah, berarti Allah memberitahu teman-teman yang baik untukku. Jika tidak diunfoll juga alhamdulillah, kuharap lewat perantaraku mereka bisa mendapat hidayah, aamiin.

Hidup itu simple banget siih sebenarnya. Kalau gak suka yah unfoll, daripada nimbulin penyakit? Bila sudah di luar batas ya diblock.

Kadang aku kagum pada orang-orang yang followingnya benar-benar hanya akun dakwah dan teman-teman semanhaj saja. Betapa masyaallahnya mereka yang tak peduli dan tanpa ada rasa gak enakan. Akan tetapi, jika itu membuat tenang tanpa hasad, menimbulkan 'ain, ujub, ya kenapa tidak?

Yang pasti, masih banyak sekali yang perlu kupelajari. Ah ya, interaksi dengan nonmahram juga mulai sangat-sangat kubatasi, ku hanya tak mau menimbulkan rasa yang tidak-tidak.

Bismillah... Ya Allah, semoga kau mudahkan kami dalam berproses menjadi baik dan mendapat ketenangan tersebut aamiin ❤🌹 -Sabar dan Meninggalkan-


—Rihlatul-Amal

Selasa, 29 Oktober 2019.

Di Kota Malang.

-Sebuah catatan kaki saat menulis ulang tulisan ini- 
Masyaallah sekali kalau dipikir-pikir melihat tulisan lama ini:') Rasanya seperti kembali bermuhasabah diri tentang hal yang telah terjadi. Ternyata, aku saat ini berada jauh di masa itu. 
Memang benar, proses hijrah adalah proses yang panjang hingga akhir hayat. Dan sampai saat ini, aku masih terus dan terus mencari ketenangan itu. Aku masih terus berusaha tertatih-tatih untuk bisa istiqomah.
Akan tetapi, aku yakin bahwa Allah lah yang berhak menilai tentang prosesku. Bersabar dan tak marah memang lah sulit, tetapi tolong jangan pernah menyerah untuk berubah.
Wahai diri, suatu saat kau dapat melakukannya. 
Kamis, 20 Januari 2022.
Di Kota Mataram.

Comments

Popular posts from this blog

Allah, Bantu Aku.

Tak Sesederhana Yang Terlihat.

Sisa Dari Takdir