Lingkungan & Meninggalkan Sesuatu Karena Allah

Kau tahu? Semenjak kuliah ini, aku merasakan bahwa lingkungan benar-benar berdampak besar bagi diri kita.

"Kita terbentuk dari lingkungan".

Saat di kampus, pembicaraanku dengan teman-teman selalu tentang dunia, mengagumi dunia, pokoknya semua hal keduniaan deh! 
Tak jarang, aku pun tak dapat menahan diri mengikuti apa-apa yang mereka lakukan.

Dan yang paling parah, jika sampai tergoda melakukan sesuatu yang haram karena ga enakan:(

Astaghfirullah.. Ini memang memang berat, apalagi kadang, ada perbedaan pendapat karena mereka yang belum mengerti..

Teman begini.. Kita ikut begini.
Teman begitu.. Kita ikut begitu.
Semua tentang dunia, ada yang mudharat, sia-sia, bahkan terdapat dosanya. 
Akan tetapi sebaliknya, saat kita mengajak dalam perkara akhirat, yang jelas berpahala dan bermanfaat malah tak dihiraukan, didebat, atau bahkan ditertawakan.

Memang sulit.. untuk orang-orang yang masih mempertahankan hawa nafsunya pada dunia.

Apalagi, jumlah pengagum dunia jauuuh lebih banyak dibanding pencari akhirat.
Jadi yah.. hukum alam, yang mayoritas selalu menganggap mereka "benar". Hadanallah.

Jadi maksudku dari tulisan di atas.. Itulah pentingnya kita membatasi diri dengan lingkungan. Sebab, dalam hal ini lingkungan kampus tak bisa kita hindari secara langsung. Dan suliiit menemukan yang semanhaj. Jadi, cukup seperlunya saja di sana.

Untuk itu, pergi ke majelis ilmu sangat penting, karena di sana kita dapat bertemu kawan semanhaj. Di sana kita bisa kembali mengingat perkara akhirat.
Sefutur-futurnya diri masih berusaha memahami apa yang disampaikan asatidz untuk nantinya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dan tentu, ini berpengaruh juga pada kehidupan di kampus. Jadi mengerti harus bagaimana adab dan akhlak kita, juga batasan, serta berani menolak untuk ikut hal-hal tertentu. Ah, ini memang pengingat untuk diriku juga:')

Lalu, meninggalkan sesuatu karena Allah. Ya, ini lagi-lagi lanjutan tentang lingkungan tadi.
Dulunya aku sering sekali mengikuti banyak kegiatan kampus di luar matkul. Dari UKMlah, jadi panitia event, ikut banyak komunitas, dll.
Sampai akhirnya banyak jadwal kajian yang terkorban untuk hal-hal yang sebenarnya tak ada manfaatnya untuk akhiratku.
Malah sebaliknya, banyak mudharat.
Musiklah, ikhtilatlah, gambak makhluk bernyawa yang dipajang, interaksi dengan lawan jenis, dan lain-lain.

Aku.. Kadang bersyukur aku tak nyaman berada di lingkungan-lingkungan seperti itu, karena mungkin itu adalah pengingat untuk diriku sendiri bahwa tempatku memang bukan di tempat seperti itu:)

Ya.. Memang beberapa kali sempat tergoda, syaithon berbisik 
"Tak apa sesekali ikut", 
"Toh musiknya diingkari dengan hati", 
"Kan ini hal penting, ada udzur dong", 
"Ah berhentinya kapan-kapan, mumpung masih semester awal", 
"Gapapalah biar jadi anak normal kayak temen lain", dsbnya 
Memang tipu daya syaithon itu halus.. samar-samar.

Di saat manusia sudah tahu mana yang haq & bathil, dan tak dapat tergoda dari fitnah syubhat, maka akan mereka goda dari fitnah hawa nafsu dulu...

Memang tak secara langsung, digodanya pelan-pelan dulu...
Jadi, makanya wajar kita pas pertama masih tahan tak menyentuh kulit non mahram, tak begini, tak begitu.
Akan tetapi, jika ikut terus? Siapa yang tahu... Syaithon memang sejahat itu, tetapi kita nya yang tak peka dan terbawa terus dengan keasikan dunia yang sementara, astaghfirullah...

Makanya, saat itu pelan-pelan ku meninggalkan semuanya, yah memang tak mudah. Apalagi, kalau sudah kadung nyaman dengan teman-temannya.
Bahkan beberapa kali rasanya ingin ikut lagi, tapi ya itu..
"Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan mengganti dengan sesuatu yang lebih baik".

Dan ya, aku merasa perlahan-lahan banyak hal yang Allah gantikan, bahkan atas izin-Nya pula banyak doa telah terkabulkan.

Sekarang lingkunganku lebih baik, aku nyaman di dalamnya, berorientasi pada akhirat, tak ada ikhtilat, dan menemukan banyak teman baru yang insyaallah akan selalu mengingatkan di saat aku terlupa.

Ya Allah, terima kasih banyak atas segala nikmat yang kau beri. Hamba akan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi agar dapat masuk ke dalam surgamu, serta dapat menarik kedua orangtua dan kakak-kakak hamba, serta teman-teman hamba yang baik ke dalam surgamu juga:') biidznillah. Aamiin.

—Rihlatul-Amal
Senin, 30 September 2019 dengan beberapa perubahan
Di Kota Malang

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Allah, Bantu Aku.

Tak Sesederhana Yang Terlihat.

Sisa Dari Takdir