Memposisikan Diri

Lingkungan yang buruk bukanlah alasan untuk kita kembali futur, sebab dalam hidup ini sebenarnya kita diberikan pilihan untuk memilih.
Yaitu memilih lingkungan yang lebih baik. 
Jika lingkungan itu tak dapat mendukung hijrah, maka kitalah yang harus memposisikan diri masuk ke dalam lingkungan yang lebih mendukung hijrah kita.

Jika ingin mendapatkan teman yang mau berjuang berhijrah bersama, maka kitalah yang harus mendekatkan diri kepada mereka.

Ingatlah, bahwa hijrah dalam istilah syar'i berarti berpindah dari lingkungan kufur kepada lingkungan yang Islam, yang di sana kita mampu menegakkan syari'at dengan lebih mudah. Seperti Nabi Muhammad ﷺ dan kaum Muhajirin Radhiyallahu 'Anhum yang berpindah dari Mekkah ke Madinah pada zaman dulu, sehingga lingkungan barunya lebih memudahkan untuk beribadah.

Di negara kita saat ini, alhamdulillah Allah berikan banyak sekali nikmat untuk kita memiliki negara yang mayoritas penduduknya beragama Muslim. Sehingga sangat mudah sekali menemukan banyak tempat ibadah, berpakaian sebagai muslim pun sangat wajar. Banyak pula peraturan-peraturan di negara ini yang sejalan dengan syari'at, bahkan mengatur pula tentang keamanan peribadatan ummatnya.

Namun, siapa sangka ternyata di balik lingkungan yang sudah bermayoritas muslim, ternyata tak semua orang yang beragama Islam menjalankan Islam yang murni sesuai syari'at yang dibawakan oleh Allah dan Rasul-Nya. Yaitu syari'at yang sesuai dengan Al-Qur'an dan As Sunnah sesuai pemahaman para sahabat Radhiyallahu 'Anhum.

Maka, di titik ini kita tak bisa berdiam diri saja dan harus hijrah ke lingkungan yang sesuai sunnah tersebut.

Dan masyaallah pula, kemudahan teknologi dan perkembangan dakwah yang sesuai sunnah pun telah banyak tersebar di mana-mana. Bahwa ternyata, lingkungan yang baik itu juga ada di dekat kita, tinggal kitanya yang mau melangkahkan kaki kita dan meluangkan waktu untuk mendengarkan ilmu syar'i di dalamnya atau tidak?

Ya, tentu saja saat ini yang tengah dibahas adalah majelis ilmu. Mudah sekali menemukan info-info kajian, biasanya tinggal mengetik di Instagram nama akun dengan awalan @kota+mengaji (misalnya @malang.mengaji, @jakartamengaji, @dompumengaji) atau menggunakan hashtag #KY_(nama daerah) dan kita pun langsung menemukan banyak sekali tempat majelis ilmu. Atau bahkan, yang lebih lengkap lagi biasanya ada juga akun lain yang khusus memposting info kajian sunnah, seperti di Malang sendiri ada akun @mediasunnahmalang atau @ngajisunnahmalang.

Jarak pun bukanlah halangan, sebab saat dicari kembali, ternyata banyak pula Masjid-Masjid atau tempat kajian tersebut yang memang berdekatan dengan tempat tinggal kita. 

Atau bahkan, jika memang qodarullah di daerah kita sangat jauh dari majelis ilmu offline, banyak pula majelis ilmu online yang dapat dimanfaatkan. 
Ada HSI AbdullohRoy, Kajian Ta'shil 'Ilmi Ma'had Alfurqon, Tarbiyyah Sunnah Learning, Ngobar (Ngaji Bareng Online) Majeedr, Ma'had Madinahsalam, Mufid Academy, Bimbingan Islam, dan sebagainya. 
Ada banyak pula kajian sunnah yang langsung dapat diakses di YouTube, seperti pada akun-akun asatidz sunnah, Yufid, Nakhla Mengaji, dsbnya.

Tentunya, majelis ilmu online memang berbeda rasanya dengan yang offline. 
Sebab, saat online biasanya kita hanya belajar sendiri dan jika pun ada interaksi hanya dengan asatidznya saja, tidak ada interaksi yang terlalu dengan teman-teman lainnya.
Di majelis ilmu offline, kita bisa bertemu banyak teman baru yang mendukung hijrah kita, saling bercerita dan menguatkan, saling mengingatkan untuk tetap istiqomah di jalan-Nya. 
Kita bisa saling melihat catatan ilmu jika ada yang terlewat. Dan banyak hal lain terkait faidah majelis ilmu offline ini.

Kita bisa mendapat banyak memori-memori baru, yang suasananya memang jauh berbeda dengan majelis ilmu offline.
Bahwa ternyata, memposisikan diri masuk ke lingkungan yang lebih baik dan lebih sesuai sunnah itu sepenting itu.

Terkadang, mungkin ada rasa lelah menuntut ilmu, namun jika memang niatnya lillahi ta'ala dan untuk Rasul-Nya, rasanya semua akan kembali mudah dijalani. 
Saat ada teman juga menambah semangat belajar, memudahkan dalam murojaah bersama.
Saat mendengar majelis ilmu, banyak hal yang ternyata sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga tanpa sadar kita dibuat kembali ingat untuk memperbaiki amalan-amalan yang kurang tepat. Kita diajak untuk memperbaiki niat.

Dan yang selalu digaungkan walau dengan topik bahasan atau kitab berbeda adalah keutamaan untuk mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan dengan selain-Nya. Sebab, ternyata implementasi tauhid dalam keseharian tidaklah semudah teorinya. 
Kita harus selalu menjaga diri dari syirik kecil dan besar, di mana banyak amalan yang tanpa sadar ternyata mengarah pada syirik yg kecil/samar. 
Betapa butuhnya kita pertolongan pada Allah. 
Betapa butuhnya kita akan ilmu supaya tahu yang benar dan salah.
Betapa butuhnya kita akan ilmu supaya memudahkan dalam memahami, menghafal, mengamalkan, kemudian mendakwahkannya.

Dakwah tauhid juga termasuk intisari dakwah para Nabi & Rasul, yang harus selalu diingat terus menerus.
Beruntunglah, di majelis ilmu yang sesuai sunnah topik ini selalu diutamakan sehingga kita bisa selalu ingat.

Maka, jangan pernah tinggalkan majelis ilmu dan jangan pernah lelah untuk senantiasa minta dikuatkan oleh Allah.

Jika ada pilihan untuk memilih di lingkungan yang condong pada duniawi atau akhirat, pilihlah akhirat maka kau akan selamat.
Jangan takut jika duniamu nampak tertinggal dengan yang lain, ingatkah kau janji Allah jika kita memperbaiki akhirat, dunia juga akan mengikutinya?
Kejarlah akhirat, maka kau akan mendapati semuanya. Daripada hanya mendapat dunia, kau hanya mendapat satu, dan itupun tak kekal.

Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, ia mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.

"Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.”
[Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (V/ 183); Ibnu Mâjah (no. 4105); Imam Ibnu Hibbân (no. 72–Mawâriduzh Zham’ân); al-Baihaqi (VII/288) dari Sahabat Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu.]

Semoga Allah mudahkan dan tulisan ini dapat menjadi pengingat kembali bagi yang menulis, dan juga yang membaca.

—Rihlatul-Amal
Selasa, 19 Juli 2022.
Di Kota Malang.

Comments

Popular posts from this blog

Allah, Bantu Aku.

Tak Sesederhana Yang Terlihat.

Sisa Dari Takdir