Semester Akhir Yang Penuh Ketakutan

Sebagian orang mengatakan bahwa masa-masa perkuliahan yang paling menakutkan itu memang selalu jatuh di semester akhir. Apalagi, ada suatu hal yang sangat ditakuti mereka bernama "Skripsi".

Hmmm, sejujurnya aku sudah lama ingin menulis tentang topik semester akhir ini, bahkan sebenarnya aku ingin menulisnya sebelum memasuki perkuliahan semester 8. Namun, banyak hal yang membuatku menunda menulisnya, hingga tak terasa semester 8 pun sedang kujalani saat ini.

Lagi-lagi, iya, banyak hal yang mengganggu pikiranku terkait semester akhir. 

Perasaan cemas dan belum siap bertemu dengan yang namanya skripsi.

Bahkan, saat bulan Desember 2021 lalu aku sempat rutin menulis tentang hal-hal yang mengacaukan pikiranku terkait semester akhir.

Kau tahu, kehidupan semester akhir rasanya seperti... Tidak bisa terlalu dibayangkan, cukup abstrak, penuh tanda tanya dibandingkan semester-semester sebelumnya. Sebab, rutinitas yang dijalani telah menjadi berbeda.

Saat masih aktif kuliah biasa, masih bisa mempersiapkan diri tentang mata kuliah apa yang akan dihadapi di semester berikutnya, terbayang ingin melakukan ini dan itu.

Namun, semester akhir semuanya tidak terlalu jelas bagiku. Aku diliputi rasa bingung yang amat banyak.

Terlalu sering berpikir berlebihan, sampai-sampai selama berbulan-bulan setelah kembali ke rumah lagi, aku tidak bisa tidur dengan normal dan nyenyak. Mengalami insomnia yang berlebihan.

Selain itu, burnout berkepanjang menyerangku. Di mana sebelumnya aku cukup melakukan banyak hal-hal produktif, namun selama berbulan-bulan aku seperti tidak bisa melakukan apa-apa. Rasanya semua seperti tertahan, kemudian rasa penyesalan kembali hinggap dalam diri.

"Ah, mengapa aku begini?"

Akan tetapi, ada juga diriku yang lain yang menyemangati bahwa walaupun tak mudah, mau tak mau aku tetap harus menjalaninya. Lagipula, siapa yang bisa melakukannya -dengan pertolongan Allah- kalau bukan aku?

Allah ta'ala berfirman :

لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ

"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." [QS. Ar Ra'd: 11]

Dalam ayat tersebut berkaitan dengan hal yang menggangguku, bahwa selain berdoa memang kita juga harus berikhtiar untuk bisa meraih sesuatu yang kita inginkan. Setelahnya, baru bertawakkal.

Terkadang aku juga berpikir, "Apa yang aku lakukan selama ini sia-sia ya?"

Akan tetapi, diriku yang lain kembali menyemangati bahwa semua ini tak sia-sia, semuanya bisa diambil pelajaran. Sebab, aku juga memahami bahwa diriku lebih banyak belajar dengan cara observasi dulu baru praktik. Itu yang kulakukan selama ini, banyak membaca dan mendengar terlebih dahulu.

Dan kalau boleh jujur, aku selalu berusaha untuk menjaga diriku agar tak hasad kepada orang lain. Namun, baru kali ini aku merasa kalah dengan diriku, because the pressure is real. 

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,

أن ” الحسد ” مرض من أمراض النفس وهو مرض غالب فلا يخلص منه إلا قليل من الناس ولهذا يقال: ما خلا جسد من حسد لكن اللئيم يبديه والكريم يخفيه.

“Sesungguhnya hasad adalah di antara penyakit hati. Inilah penyakit kebanyakan manusia. Tidak ada yang bisa lepas darinya kecuali sedikit sekali. Oleh karena itu ada yang mengatakan, “Setiap jasad tidaklah bisa lepas dari yang namanya hasad. Namun orang yang berpenyakit (hati) akan menampakkannya. Sedangkan orang yang mulia akan menyembunyikannya.” [Majmu’ Al Fatawa 10/124-125, Ibnu Taimiyah, Majma’ Al-Malik Fahd, Madinah, 1416 H, Asy-Syamilah]

Selengkapnya : https://muslimafiyah.com/setiap-jasad-tidak-lepas-dari-hasad.html

Mungkin satu dua kali melihat pencapaian orang lain rasanya ikut bangga dan senang, semakin lama, semakin banyak, dan itu terjadi berulang-ulang kali pula. Semakin merasa takut dan kembali berpikir, "Mengapa aku tak bisa seperti mereka?"

Padahal, setiap orang punya waktunya masing-masing, dan pencapaian orang lain pun tak bisa menjadi tolak ukur. Setiap orang berbeda waktu bersinarnya. 

Kemudian hal lain yang menggangguku terkait semester akhir. Ya...... Kehidupan setelah berakhirnya masa kuliah. Rasanya takut memikirkan itu semua, tak bisa membayangkan secara jelas akan menjadi apa aku nanti? 

Akan tetapi, aku selalu berharap aku bisa mencapai impianku satu per satu. Dan ya... aku meyakini pertolongan Allah itu benar adanya. Lagipula, dipikir-pikir aku sudah melewati banyak ujian lain sebelumnya yang mungkin lebih berat dari ini. Semoga Allah mudahkan lagi kali ini. Aamiin.

Lalu soal harapan, Desember 2021, aku memikirkan semoga 2022 semakin membaik. Biidznillah, beberapa nya tercapai di pertengahan tahun ini. Seperti, pandemi yang mulai berakhir. Kemudian di tahun ini aku semakin banyak bertemu teman-teman baru yang baik baik secara langsung maupun daring, dan juga kenikmatan untuk kembali merasakan majelis ilmu setelah berbulan-bulan terkurung tak bisa terlalu kemanapun.

Dan saat bertemu dengan teman-teman yang secara langsung aku berpikir, "Ternyata 2022 tak seburuk itu ya", aku merasa jadi tak sia-sia kembali ke tanah perantauan. 

Terima kasih banyak untuk orang-orang baik yang membuat hidupku terasa lebih berarti. 

Terima kasih banyak untuk teman-teman yang senantiasa mendoakan kebaikan dan menyemangati.

Aku akan berusaha lebih keras lagi dan mencoba melawan rasa ketakutanku.

Ngomong-ngomong, saat ini kondisiku juga sudah membaik. Aku sudah bisa tidur lebih normal lagi, sudah bisa merasakan kantuk lagi, walau mungkin overthinkingnya masih ada sedikit. Aku masih berusaha untuk terus menjalani kehidupan dengan normal, sedikit-sedikit kembali menjalankan rutinitas yang beberapa bulan ini sempat tak kulakukan. Mau tak mau, aku harus memaksakan diri untuk melakukannya lagi kan?

Dan terakhir, aku memohon pada Allah..

Masa depan, tolong jadi baik ya?

—Rihlatul-Amal

Selasa, 31 Mei 2022.

Di Kota Mataram. 

Comments

  1. Hamasah cintakuu..
    Im so glad to know that ur getting better now. Please dont belittle urself, ur doing great ya knowwww. May Allah ease all of your affairs. Aamiin

    Luv ya beibz 🌻💖

    ReplyDelete
    Replies
    1. ﻣَﺎﺷَﺂﺀَﺍﻟﻠّﻪُ ❤️ جزاك الله خيرا. ﺁﻣﻴﻦ
      Luv u too.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Allah, Bantu Aku.

Tak Sesederhana Yang Terlihat.

Sisa Dari Takdir